Nalar

Islam Milenial: Upaya Menciptakan Generasi Baru Muslim (tanpa Masjid) Bagian I

Oleh: Rony Mardyana

Revolusi Industri 4.0 telah membawa peradaban baru bagi umat manusia. Aktivitas yang konvensional maupun pola pikir yang masih kuno telah tergantikan dengan serba praktis dan efisien. Hal ini menjadikan manusia lebih bersifat pragmatis, instan dan reaktif dalam menghadapi realitas. Dalam konteks media sosial, percakapan dalam dunia daring yang tidak dilandasi dengan narasi dan nilai tertentu menjadikan percakapan media sosial sebagai wahana pertunjukan masyarakat yang niretika dan bias identitas.

Apalagi kompas moral agama –yaitu alquran—yang belum membumi di kalangan orang-orang milenial menjadikan kesenjangan perilaku moral dan amoral menjadi terlihat. Untuk itu diperlukan suatu terobosan agar alquran sebagai pedoman hidup dapat terinternalisasi dan bergaul dengan era milenial agar transformasi zaman bisa dilakukan dengan cara kekinian.

Sebagai sebuah agama transformatif, sudah seharusnya Islam menjadi kekinian serta hidup membumi sesuai perkembangan zaman. Dinamika kehidupan yang semakin kompleks, maupun munculnya problematika baru yang dihadapi oleh manusia bisa membuat peran agama hanya menjadi ilusi atau mitos, atau bahkan bisa menjadi –Yuval Noah Harari menyebutnya– ilusi yang tidak dikehendaki sejarah. Ketika Islam tidak dikehendaki oleh sejarah milenial, yang terjadi adalah adanya irelevansi umat beragama. Tentu secara tidak langsung hal ini bisa mendegradasi peran agama itu sendiri.

Kehadiran generasi baru pada tahun 90-an yang secara bersamaan lahirnya revolusi industri 3.0 bersamaan dengan lahirnya generasi muslim tanpa masjid. I ni yang dikemukakan oleh Kuntowijoyo, dimana generasi ini lahir dengan mendapatkan pengetahuan agama diluar cara-cara konvensional. Seminar di kampus, ceramah lewat DVD, pengajian di hotel, merupakan aktivitas baru sekaligus kelahiran generasi muslim tanpa masjid ini. Bila kita menganalisis dengan melihat realitas yang terjadi saat ini, dengan adanya revolusi industri 4.0, lahir generasi muslim yang mendapatkan pelajaran agama lewat 1 menit moodbusters, ceramah lewat streaming, tanya-jawab lewat situs email, dan hal ini merupakan cikal bakal kelahiran generasi muslim milenial baru.

Bukan tanpa kecacatan dan tanpa celah, kelahiran generasi baru ini memberikan sumbangsih limbah sosial dalam keberlangsungan jalannya peradaban ini. Disamping adanya kelahiran generasi baru, hal ini dibarengi pula dengan permasalahan baru yang diakibatkan oleh percakapan dan interaksi sosial di dunia nyata. Dengan cepatnya informasi yang sampai, dan kurangnya wawasan literasi, menjadikan segala ruang menjadi reaktif dan responsif terhadap segala hal yang baru. Media sosial sebagai salah satu ciri era milenial menjadi ajang pertunjukan warga negara yang tidak menjungjung tinggi adab dan massifnya perilaku niretika.

Peradaban milenial dan revolusi industri 4.0 bukan hanya terpaku pada teknologi dan informasi yang terhubung melalui smartohone, akan tetapi pola pikir dan segala aktivitas yang menyangkut kehidupan saling berkaitan satu sama lain. Kini orang-orang hidup dalam serba pragmatis dan tuntutan zaman memang mengharuskan sebagaimana adanya demikian. Dan agama harus mampu menjawab realitas tersebut.

Untuk memberikan pengaruh dan mewarnai sejarah oleh para kaum beragama, disini diperlukan ijtihad yang berbasis zaman now. Islam dan umatnya harus mampu menjadikan Alquran sebagai paradigma transformatif sesuai konteks tuntutan zaman. Alquran sebagai pedoman umat muslim lah yang harus menaruh hati bahasa milenial.

 

Citizen Journalism

Komentari

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tren

Laman ini didedikasikan untuk warga net mengedepankan kedekatan. Terbuka untuk terlibat menuangkan gagasan ke dalam tulisan dan mewartakan aktivitas lapangan sejalan dengan kaidah jurnalistik.

SIlakan bergabung.

Kontak kami

Alamat: Jl. Kalawagar Singaparna Tasikmalaya
Telefon: (+62) 01234-5678
Email: redaksi@tasikmu.com

Copyright © 2019 TASIKMU | MVP | powered by Wordpress.

Ke Atas