Nalar

Menggoyah Tradisi Ibadah Khusus Warga Persyarikatan: Catatan Dari Halaqah Tarjih V Majelis Tarjih dan Tajdid PDM Kabupaten Tasikmalaya.

Ada yang tidak biasa pada Halaqah Tarjih ke-5 Majelis Tarjih dan Tajdid PDM Kabupaten Tasikmalaya, Minggu, 17 Maret 2019 yang baru lalu. Di samping hujan yang mengguyur Singaparna sejak malam harinya, kehadiran Dr. H. Dadang Syarifuddin M.A—salah satu Wakil Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat yang membidangi Tarjih dan Tajdid—mampu membuat peserta halaqah kerap berkerut kening seraya bergumam: ‘atuh anu leres teh anu kumaha?’ (jadi, yang benar itu yang seperti apa?)

Di hadapan puluhan peserta halaqah, Kang DS, demikian dosen tetap UIN Bandung ini berinisial, menguapkan gaya berpikir lain dari pola penemuan hukum baru dalam ranah ibadah khusus yang sudah baku di kalangan warga Muhammadiyah, khususnya warga Muhammadiyah Tasikmalaya. Salah satu simpulan penting dari Kang DS adalah keragaman dalam praktik ibadah menjadi wajar karena hadits yang berupa fi’liyah ibadah Nabi, khususnya ritual shalat, berdasarkan periwayatan para sahabat, baru ditulis sekitar tiga atau empat abad kemudian setelah Nabi wafat. Karena fakta itu, kalau tidak terjadi distorsi makna teks, bisa jadi ada polarisasi dari teks itu sendiri.

Disinilah, warga persyarikatan dituntut untuk lebih bijak dalam menyikapi perbedaan, atau lebih tepatnya keragaman, praktik ibadah. Jangankan dengan komunitas lain di luar persyarikatan Muhammadiyah, antar sesama warga persyarikatan saja, pasti akan ditemukan keragaman itu. Mengapa tidak diseragamkan saja agar lebih indah dan elegan?

Hemat penulis: inilah resiko ber-Muhammadiyah yang dari sejak awal didirikan oleh Kyai Dahlan mengarah pada pola rasional pragmatik yang kemudian menjelma menjadi purifikasi dan dinamisasi. Karakter berkemajuan yang bersimpul pada pola dasar: Rasionalitas, pragmatisme dan vernakularitas menemui ‘buah simalakamanya’. Praktik ibadah warga persyarikatan yang beragam menjadi sesuatu yang indah dan elegan apabila dilihat dari spirit rasionalitas, semangat mengkaji dan dinamisasi itu —kecuali pada tidak qunut subuh, tidak usholli, tidak tahlilan, dan meniadakan meneropong hilal kala bulan Ramadhan, Syawal dan Zulhijjah tiba.

Begitulah. Konstruksi, dekonstruksi dan rekonstruksi akan tetap selalu ada dalam kajian serius semacam majlis tarjih dan tajdid ini. Bagi yang tidak siap menerima perubahan, kesan yang ditangkap dari halaqah tarjih di mesjid al-Bayyinah, Ranting Cipancur, Cabang Sariwangi ini adalah dekonstruksi  kemapanan ibadah khusus warga persyarikatan yang sudah berpuluh-puluh tahun dipraktikkan. Warga yang termasuk dalam kategori ini, barangkali menganut prinsip: al-muhafadhatu ‘ala al-qadim al-shalih (merawat tradisi lama yang pantas)

Sebaliknya, bagi yang siap menerima perubahan, maka sesuai dengan textus receptus yang kemudian diolah nalar rasionalnya sendiri, akan dengan mudah meninggalkan ‘kebiasaan’ lama yang sudah mengakar itu. Mungkin, warga yang termasuk dalam kelompok ini menganut prinsip wa al-akhdzu bi al-jadid al-Ashlah. (mengambil tradisi baru yang lebih pantas).

Tetapi, Halaqah Tarjih—untuk membedakan antara Sidang Tarjih, Musyda, Musywil hingga Munas Tarjih—selalu mendapatkan antusiasme warga kabupaten Tasikmalaya, dari warga sepuh hingga kaum muda. Walaupun pola yang digagas masih berupa pola pengajian umum yang diimbuh tanya jawab, namun sejak awal, warga persyarikatan sudah mempersiapkan diri dan mental. Paling tidak, para peserta halaqah sadar bahwa menghadiri halaqah ini adalah menghadiri ruang gagasan. Pemikiran-pemikiran baru akan kerap muncul di arena ini. Tentu saja, pemikiran baru itu berdasarkan penemuan hukum  yang memenuhi kaidah-kaidah keilmuan dalam metodologi istinbath hukum. Mungkin pula muncul gugatan intelektual atas keputusan tarjih, baik tingkat lokal, wilayah, atau bahkan  pusat. Inilah oase. Selingkar telaga segar di tengah keringnya kader ulama tarjih di tingkat lokal Tasikmalaya.

Sampai jumpa di halaqah Tarjih ke-enam yang Insya Allah di selenggarakan di bulan Mei 2019.

 

Citizen Journalism

Komentari

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tren

Laman ini didedikasikan untuk warga net mengedepankan kedekatan. Terbuka untuk terlibat menuangkan gagasan ke dalam tulisan dan mewartakan aktivitas lapangan sejalan dengan kaidah jurnalistik.

SIlakan bergabung.

Kontak kami

Alamat: Jl. Kalawagar Singaparna Tasikmalaya
Telefon: (+62) 01234-5678
Email: redaksi@tasikmu.com

Copyright © 2019 TASIKMU | MVP | powered by Wordpress.

Ke Atas