Nalar

Refleksi Musycab ke-1 PCM Ciawi: “Uruslah Muhammadiyah, Nanti Hidupmu Allah Yang Urus”

Oleh:

Yayan Juandi

(Ketua PCM Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya)

TASIKMU.COM-Secara leksikal kosakata mengurus atau urus mengandung arti mengatur menjadi baik, menata, merapikan, mengemasi, membenahi, membereskan. Namun diksi ini secara semantik sering diasosiasikan dengan sesuatu yang lain seperti mengurus ternak atau sejenisnya. Sehingga dalam nomenklatur resmi Muhammadiyah kata pimpinan lah yang digunakan bukan kata pengurus.

Hari Sabtu tanggal 21 Oktober 2023, PCM Ciawi akan menggelar perhelatan Musycab. Sebagai forum permusyawaratan tertinggi di level cabang dalam ukuran sederhana bisa menjadi indikator adanya aktivisme dan  geliat kehidupan sebuah cabang. Walau bagaimanapun sulit dinafikan masih ada cabang yang untuk sekedar Musycab saja mengalami kesulitan akibat ketiadaan kader yang siap menjalankan roda organisasi.

Musycab merupakan sebuah momentum untuk melakukan evaluasi, rotasi, dan regenerasi kepemimpinan. Namun  selain itu ada hal lain yang tidak kalah krusial yaitu –meminjam istilah Prof. Abdul Mu”ti– regaining news spirit,  menggali dan mendapatkan kembali semangat baru dalam ber-Muhammadiyah.

PCM Ciawi terbentuk dua tahun lalu, wilayah kerja dakwahnya cukup luas meliputi 5 kecamatan. Tanpa pretensi untuk berapologi usia cabang yang masih sangat muda dengan wilayah kerja dakwah yang  seluas itu. Prioritas utamanya lebih pada menguatkan konsolidasi, dan rekrutmen kaderisasi. Merangkul silent Muhammadiyah, yaitu  kader-kader Persyarikatan yang “berserakan” dan masih tersembunyi, mereka yang belum membuka identitas dirinya sebagai warga atau simpatisan Muhammadiyah.

Implikasi lainnya adalah para pimpinan PCM Ciawi harus semakin “tune in” dengan Persyarikatan. Manhaj, paham agama dan ideologi Muhammadiyah sejatinya semakin merasuk kedalam diri, pikiran dan hati para pimpinan. Wajib bagi para kader memahami manhaj dan ideologi Muhammadiyah, karena tanpa memahami sekaligus menghayatinya sulit untuk menjadi energi yang akan menggerakan ruh ke-Muhammadiyahan didalam dada para aktivisnya.

Dalam narasi yang lain Abu Nashir Ketua PDM Pasuruan Jawa Timur menulis: “Setiap kader harus berusaha memahami manhaj Muhammadiyah dan meyakininya, jika tidak paham maka kita akan menjalankan suatu aktivitas yang tidak berdasarkan atas spirit apapun. Memahami manhaj dan ideologi Muhammadiyah adalah modal paling mendasar dan utama bagi setiap kader Persyarikatan untuk membesarkan Muhammadiyah. Tidak akan bisa yakin kalau kita tidak mengerti, dan Anda melakukan sesutu tanpa memahami apa yang Anda perjuangkan”.

Muhammadiyah adalah gerakan Islam berkemajuan tapi jika kita sebagai kader pasif dan diam tidak melakukan peran sebagai “agent of progress” alias agen pergerakan menuju kemajuan, Muhammadiyah tidak akan mengalami progres, tidak akan ada pencapaian apapun, seperti kata pepatah Inggris, No Pain No Gain. Tak ada kesuksesan tanpa kerja keras.

Seluruh pimpinan PCM Ciawi, yang telah lama menjadi kader maupun yang baru bergabung memiliki tanggung jawab yang sama untuk memajukan dan mengembangkan Muhammadiyah di Ciawi. Sehingga kedepan persemaian cabang ini bisa terus berkembang dengan capaian amal usaha dan ranting yang terus tumbuh lebih akseleratif.

Menjadi  Muhammadiyah

Diluar kader yang telah menjadi Muhammadiyah sejak “dalam kandungan” setiap kader memiliki personal experince yang berbeda-beda dalam menemukan Muhammadiyah. Kata Prof. Syamsul Arifin setiap kader tidak selalu menempuh jalan linear, tidak sedikit yang melalui konversi setelah menempuh pencarian panjang dan berliku.

Selanjutnya  sambil mengutip Hajriyanto Y . Tohari dalam prolog buku “Becoming Muhammadiyah: Otobiografi Gerakan Kaum Islam Berkemajuan”, Wakil Rektor III UMM ini menegaskan, ada yang sangat rasional dan akademis, tetapi ada juga yang sangat romantis dan sentimentil.

Anyway, tak soal jalan berliku seperti apa yang telah pimpinan tempuh, hingga akhirnya memutuskan bergabung dengan Muhammadiyah. Kini setelah 2 tahun, mengutip pesan imperatif Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Haedar, kita harus semakin lekat dan dekat dengan pemahaman Islam, manhaj dan ideologi Muhammadiyah.

Ala kulli hal, sebagai kader yakinlah bahwa mengurus Muhammadiyah itu bukan cuma mengurus organisasi, mengurus Muhammadiyah adalah mengurus Islam. Muhammadiyah adalah “rumah” tempat kita beramal, berjihad, berinfak, bersedekah dan seterusnya. InsyaAllah jika kita meninggal dalam keadaan sedang mengurus Muhammadiyah, balasannya adalah surga.

Tulisan ini berjudul “Uruslah Muhammadiyah, Nanti Hidupmu Allah yang Urus”. Narasi singkat yang selalu terngiang di telinga penulis ini merupakan “memorabilia” yang penulis dapat dari KH. Saad Ibrahim saat masih menjadi Ketua PWM Jatim.

Last but not least, kepada seluruh kader PCM Ciawi penulis ingin mengucapkan selamat melaksanakan Musycab ke-1 dan selamat mengurus Muhammadiyah. Semoga akan terpilih ketua yang baru, yang muda dan segar. Saya ingin mengendorse kader muda yang ada untuk memimpin agar PCM Ciawi kedepan menjadi lebih baik, lebih maju dan semakin berkembang.

Citizen Journalism

Komentari

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tren

Laman ini didedikasikan untuk warga net mengedepankan kedekatan. Terbuka untuk terlibat menuangkan gagasan ke dalam tulisan dan mewartakan aktivitas lapangan sejalan dengan kaidah jurnalistik.

SIlakan bergabung.

Kontak kami

Alamat: Jl. Kalawagar Singaparna Tasikmalaya
Telefon: (+62) 01234-5678
Email: redaksi@tasikmu.com

Copyright © 2019 TASIKMU | MVP | powered by Wordpress.

Ke Atas