Oleh: Rony Mardyana
(Sekretaris Majelis Pustaka dan Informasi PDM Kabupaten Tasikmalaya)
TASIKMU.COM-Ada relawan yang pergi ke medan bencana tanpa sorot media. Ada relawan yang tinggal berhari-hari di lokasi kebencanaan dengan penuh melakukan pemulihan. Ada dermawan yang menyumbangkan dana dengan sembunyi dan tak ingin diketahui. Ada pengelolaan keuangan dana titipan yang harus ditunaikan, dan diamanatkan dengan penuh kepercayaan. Perbuatan banyak bekerja dan sedikit bicara itulah sudah dilakukan oleh kader ataupun simpatisan Muhammadiyah baik secara individu ataupun secara keorganisasian.
Modal etos di atas dilandasi oleh spirit Al-Ma’un dengan konsekuensi beragama harus berdampak pada sekitar. Konsep dari Islam Berkemajuan itulah yang ditransformasikan dan diimplementasikan dalam bentuk perbuatan. Ada artikulasi yang dikeluarkan oleh individu dengan menghibahkan pikiran dan karyanya kepada negeri. Ada yang dilakukan secara kolektif oleh lembaga atau gerakan organisasi. Dan LazisMu dengan gerakan filantropi hadir sebagai salah satu lembaga yang selalu berikhtiar untuk berkontribusi pada negeri.
Filantropi Kemanusiaan: Lazis & Mu Hadir Untukmu
Tidak sulit untuk menemukan kontribusi Muhammadiyah pada kemanusiaan. Ada yang bergembira ketika Muhammadiyah akan mendirikan sekolah di luar negeri. Ada yang antusias ketika Muhammdiyah meletakkan batu pertama untuk pembangunan AUM sebagai sarana dakwah. Di beberapa tempat lain bahkan ada AUM yang suasana sosiologisnya diisi secara mayoritas oleh kaum non-muslim. Bahkan ada “munfiq” non-muslim mempercayakan dana sosialnya melalui Muhammadiyah. Ratusan perguruan tinggi, atau ribuan sekolah yang dimiliki oleh Muhammadiyah adalah salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Menyemai kepada kemanusiaan, berikhtiar memberi rahmat untuk semesta.
Secara umum dana filantropi dan sumbangan sosial dititipkan dan dijalankan melalui amal usaha Muhammadiyah. Tentu Muhammadiyah bukan perusahaan konstruksi, apalagi pengembang di sektor kesehatan, sosial dan pendidikan. Bahwa aset yang dibangun dan dikelola menjadi nampak dan termaterialisasi bukan diawali oleh orientasi laba dan keuntungan semata, melainkan dimulai dengan ide untuk memperjuangkan & membumikan Islam Berkemajuan sebagai bagian dari solusi permasalahan kekinian dan kedisinian.
Secara khusus dana filantropi dikelola dan didistribusikan oleh Lembaga Amil Zakat Infaq Shadaqah Muhammadiyah (LazisMu). Spirit non-profit dan gerakan moral yang menjadi modal dalam menjalankan amanat filantropi dari lembaga ini. Imperatif moral adalah pembeda antara lembaga ini dengan lembaga lainnya. Bahwa dibalik berdirinya bangunan-fisik kantor LazisMu dan AUM, ada ideologi-abstrak dari Muhammadiyah. Memuat perangkat pengetahuan, dan melahirkan sebuah tindakan. Sehingga ada aspek profesionalitas yang dijalankan, dan juga ada motif perjuangan dakwah sebagai landasan. Konsekuensinya setiap karyawan maupun pimpinan yang bekerja di dalamnya bukan hanya diberi hak dan kewajiban tentang nominal atau ekonomis, tapi juga tentang nilai atau hal ideologis.
Tidak heran LazisMu terpilih dengan penghargaan fundraising pada ajang Indonesia Fundraising Award. Dan meraih program kemanusiaan terbaik dari ajang Baznas Award. Hasil ekspresi nilai-nilai non-fisik inilah yang berubah menjadi program-program fisik, dan diakui dengan meraih prestasi. Secara tidak langsung merupakan perwujudan dan implementasi dari Islam Berkemajuan. Kontribusi untuk negeri dilakukan dengan gerakan ketulusan dan aspek keterbukaan. Transparansi dari kegiatan filantropi menjadi sebuah kunci, dan hal ini ditunaikan dengan penuh amanah. Muhammadiyah dengan gerakan filantropi melalui LazisMu ini terus berikhtiar berkontribusi pada negeri, hadir untuk individu “untukmu”.
Filantropi Berkemajuan: Ikhtiar Menyelamatkan Semesta
Revolusi teknologi terutama dalam informasi dan komunikasi membuat dunia lebih tersambung dan mudah terhubung. Dengan kemudahan informasi bergerak dengan lebih cepat. Dampak secara sosiologis antara individu dan organisasi berinteraksi melebihi batas-batas teritorial. Secara hegemonik, pilihannya pada dipengaruhi atau memengaruhi. Secara kolaboratif, pilihannya ada pada saling berkontribusi. Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi yang ada di dunia dengan nafas gerakan keislaman tidak lepas dari aspek keindonesiaan. Amanat konstitusi dalam teks pembukaan untuk menghapuskan penjajahan, menjaga ketertiban dunia, sejalan dengan nafas Islam Berkemajuan untuk berikhtiar menyelamatkan semesta.
Maka tak heran gerakan filantropi untuk Palestina perhatiannya setara dengan filantropi untuk kebencanaan dan pemberdayaan di dalam negeri. Membangun sekolah dan perguruan tinggi dari Indonesia pertama di luar negeri, simetris dengan menggalang dana untuk palestina atau mengirimkan relawan ke tempat bencana di luar negeri. Upaya gerakan internasionalisasi dalam bidang pendidikan dan sosial-kemanusiaan merupakan perpaduan antara teks konstitusi sebagai landasan, dan ayat suci (baca: contoh Surat Al-Maun) sebagai pedoman kehidupan. Spirit beramal dengan keikhlasan vertikal (hablum minallah) berdampak pada perubahan/pemberdayaan secara horizontal (hablum minannas).
Rekomendasi dari forum permusyawaratan tertinggi pun turut memperhatikan keberlangsungan dan keberlanjutan lingkungan. Muhammadiyah sadar bahwa krisis iklim yang terjadi di belahan dunia bisa memberi dampak pada masyarakat di desa. Perhatian ladang dakwah Islam Berkemajuan bukan hanya untuk hari ini, melainkan untuk masa depan. Dengan memperhatikan gerakan tajdid atau pembaharuan, maka Muhammadiyah juga selalu responsif terhadap segala perubahan. Ada yang sudah terimplementasi, dan juga tersedia rencana terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi.
—
Dari Muhammadiyah dengan gerakan filantropi sebagai salah satu ekspresi dan implementasi Islam Berkemajuan, telah melahirkan tindakan bukan hanya sudah berkontribusi lama untuk negeri. Melainkan berupaya dengan lebih jauh kedepan untuk menyelamatkan dunia atau semesta.