TASIKMU.COM—Cukup sering Pimpinan Daerah (PD) Muhammadiyah Kabupaten Tasikmalaya melakukan perjalanan ke Kecamatan Cipatujah. Mula-mula atas tujuan kemanusian, menyalurkan bantuan sosial. Lalu beranjak pada pembinaan keagamaan.
Kini, mimpi PD Muhammadiyah Kabupaten Tasikmalaya sudah sampai pada tangga pembentukan Pimpinan Cabang (PC) Muhamammadiyah Kecamatan Cipatujah. Sebuah kebaikan akan lebih kokoh jika terorganisir, itulah kira-kita dasar pemikirannya.
Perjalanan PD Muhammadiyah ke Kecamatan Cipatujah—yang terbaru—berlangsung Sabtu (20/6/2020). Rombongan bertolak dari Singaparna sebanyak dua mobil. Berangkat menjelang Asar.
Di perjalanan, hujan turun cukup deras. Rombongan menuju target pertama, yaitu Kampung Kalaksanan, Desa Cikawungading. Hari kian gelap, rombongan membelah kebun karet. Jalanan berlubang memaksa mobil bergoyang. Hujan deras mengaburkan pandangan.
Hanya suara air hujan memukul atap mobil yang rombongan dengar. Sesekali klakson mobil, jika kebetulan berpapasan. Selain itu, hening.
Rombongan tiba di Masjid Al-Hikmah tepat sebelum adan Magrib berkumandang. Halaman masjid becek. Tanah merah basah bagaikan bubur nasi. Untuk sampai ke masjid, rombongan mesti pandai-pandai memilih bagian tanah yang masih keras, untuk pijakan.
Masjid Al-Hikmah berjarak ratusan meter saja dari gereja, yang halamannya bahkan masih dapat tertangkap pandangan mata. Kalaksanan memang salah satu daerah di Cipatujah yang tersentuh proses kristenisasi.
Di Masjid Al-Hikmah, rombongan singgah tidak lama. Bahkan tidak duduk barang sejenak. Sekadar bersilaturahmi dengan tokoh agama setempat. Sekalian menyerahkan dispenser. Dari atas nama Lazis Muhammadiyah.
Dadan Ahmad Sofyan, Ketua PD Muhammadiyah Kabupaten Tasikmalaya, menyerahkan dispenser kepada Ajengan Yayan. Selepas serah-terima, kemudian ngobrol ringan sebentaran, rombongan pamit untuk melanjutkan perjalanan.
Dalam perjalanan antara Kalaksanan—Cibunut, Ciheras; adan Magrib berkumandang. Hujan masih belum reda. Kebun karet kian gelap. Di Kalaksanan lokasi rumah penduduk saling berjauhan. Tetapi permanen. Bahkan tampak tidak kalah bagus dari rumah-rumah di perkotaan.
Di Kampung Cibutun, rombongan memang berniat untuk mengikuti pengajian. Di Masjid Al-Muttaqien. Perjalanan Kalaksanan—Cibutun menghabiskan waktu sekitar 20 menit.
Begitu tiba di Masjid Al-Muttaqien, jamaah pengajian sudah menunggu. Penceramahnya sendiri ada dalam rombongan. Ustad Cecep Iwan Ridwan.
Apa boleh buat, meskipun perut keroncongan, rombongan belum bisa makan sebelum selesai pengajian. Untungnya di masjid ada cemilan: bala-bala (bakwan), gehu, dan gorengan lain yang sudah kehabisan hangat. Pengajian berlangsung sekitar dua jam.
Selepas pengajian, Ketua PD Muhammadiyah kembali menyerahkan dispenser. Untuk Masjid Al-Muttaqien. Penerimanya, Ajengan Mutsoleh, sesepuh masjid.
Selepas pengajian, rombongan memadati teras rumah Iping Zaeni Abdullah. Tuan rumah sungguh ramah. Tak pernah keberatan setiap rombongan PD Muhammadiyah singgah. Sama ramahnya dengan Guruh, yang rumahnya berdekatan dengan Iping.
Acara makan masih lama lagi. Masih ada sesi diskusi. Kebetulan rombongan PC Muhammadiyah Cikalong turut hadir. Banyak hal penting yang dikonfirmasikan.
Pribumi yang mengingatkan bahwa nasi dan lauk sudah terhidangkan, membangkitkan kembali lapar yang sempat terlupakan. Perjuangan memang perlu lebih keras menekan urusan perut.
Nasi liwet, cah kangkung, goreng ikan laut, dan tumis udang menjadi menu yang laur biasa. Manis-asin bercampur dalam lidah. Bumbu yang padu sepadan dengan dinamika perjuangan.
Sementara perjalanan pulang sudah tidak menarik lagi diceritakan.